Kemenparekraf Gelar Bimtek Pendampingan Desa Wisata Regional Sumatera di Banda Aceh

Nanggroe.net, Banda Aceh | Dalam upaya meningkatkan peringkat Desa Wisata serta memaksimalkan peran Akademisi sebagai bagian dari pengembangan pariwisata Kemenparekraf melalui Direkterorat Pengembangan SDM pariwisata Deputi bidang sumberdaya dan kelembagaan menggelar kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) pendamping Desa Wisata Regional 1A (Sumatera).

Acara Tersebut dilaksanakan di Hotel Kryad Muraya, Kota Banda Aceh,  pada Kamis (24/9), yang diikuti oleh 53 Orang peserta dari perwakilan Pendamping Kampus Unsyiah, Pedamping Kampus Universitas Teuku Umar dan Perwakilan Masyarakat Desa Rantau Sabon, Aceh Jaya serta Masyarakat Leubok Sukon Aceh Besar yang merupakan Desa bimbingan dalam kegiatan BIMTEK ini.

Pendamping Desa Wisata merupakan salah satu program yang dikembangkan oleh Kemenparekraf dalam mempercepat laju perekonomian di sektor pariwisata, khususnya di pedesaan.

Baca Juga : Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Gelar Bimtek Pendampingan Desa Wisata di Lhokseumawe

Dra, Riwud Mujirahayu, M.Pd., Sekretaris Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan, Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengatakan bahwa  program ini merupakan bagian dari pendampingan untuk bisa meningkatkan sumber daya dan produktivitas di Desa Wisata.

“Ini adalah program baru dari Kemenparekraf dan langsung mendapatkan support yang sangat positif, karena terkait pengembangan pariwisata yang ada di Aceh khususnya dalam dalam mempercepat laju perekonomian di sektor pariwisata khususnya di pedesaan saat pandemi Covid-19,” katanya kepada Nanggoe.net.

Riwud pu berharap, ketika era New Normal nanti Provinsi Aceh dapat menjadi salah satu kunjungan para wisatawan untuk bisa mengunjungi Desa Wisata Binaan.

“Khususnya kunjungan ke Desa-desa wisata yang memang saat ini pola wisatawan itu lebih memilih ke Desa-Desa wisata, karena desa-desa wisata itu memiliki keunikan tersendiri,” pinta Riwud.

Kata Riwud, adapun kriteria pengembangan Desa Wisata yaitu memiliki atraksi wisata unggulan, memiliki kelembagaan, memiliki sarana prasarana memadai, memiliki akomodasi wisata pendukung dan memiliki keterlibatan masyarakat.

“Program Pelatihan Pendamping Desa Wisata ini tidak hanya pada tataran pemahaman dasar tentang sadar wisata dan desa wisata, tetapi juga memberikan informasi-informasi baru terkait dengan sektor pariwisata di era normal baru yaitu Cleanliness, Healthy, Safety dan Enviroment di Desa wisata,” ucapnya.

Dalam kegiatan Pengembangan Desa Wisata, peserta diberikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi diri salah satunya dengan melakukan pengembangan produk pariwisata di Desa Wisata berupa exploring, packaging dan presentation. Sehingga dalam pengembangan desa wisata masyarakat diharapkan memiliki keunikan, ciri khas berbasis kearifan lokal.

“Hadirnya Desa-Desa wisata di Indonesia akan berdampak signifikan kepada kemajuan dan kemandirian serta desa yang berkembang. Kegiatan ini dilakukan melalui pendekatan dalam pengembangan pariwisata yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat lokal,” pungkas Riwud.

Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pemicu tumbuhnya keberdayaan masyarakat Desa Wisata yang pada akhirnya masyarakat merasakan manfaat kesejahteraan sebenarnya dalam prioritas pengembangan pariwisata yang berkelanjutan

Sementara itu, Kadisdupdar Aceh, Jamaluddin dalam sambutannya mengatakan bahwa Pemerintah Aceh sangat mengapresiasi kegiatan ini karena menurutnya kegiatan ini sangat membantu untuk meningkatkan SDM pariwisata di dua Desa tersebut.

“Mudah-mudahan setiap tahun kegiatan ini bisa dilakukanlah, karena mengingat SDM pariwisata di Aceh masih sangat rendah dengan adanya kegiatan seperti ini tentunya bisa memperkuat basis SDM pariwisata di Aceh”

Selain itu, Rektor Universitas Teuku Umar, Prof. Jasman J. Ma’ruf, SE, MBA yang juga Narasumber pada kegiatan ini menjelaskan bahwa, Desa wisata ini dibentuk untuk memperdayakan masyarakat agar dapat berperan sebagai pelaku langsung sebagai upaya meningkatkan kesiapan dan kepedulian dalam menyikapi potensi dan daya tarik pariwisata di desa tempat mereka tinggal.

Lanjutanya, Kegiatan ini juga untuk bagaimana Desa Wisata ini memenuhi standar dan mengajak warga Desa untuk meningkatkan sapta pesona desa agar nyaman, aman, asri, tertib dan memberikan kenangan positif untuk pengunjung serta megajak mereka untuk berkampanye kepada publik tentang Sapta Pesona Desa.

“Kita juga berharap mereka dapat berkampanye kepada publik dengan memperlihatkan suri tauladan dalam menjaga sapta pesona yang ada di Desanya,” cetusnya.

Ia juga Berharap Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten agar lebih giat lagi dalam membantu dan mendukung kegiatan kegiatan Desa Wisata.

“Kita juga berharap, apa yang sudah kita lalukan ini bisa sukses dan tercapai tujuannya, namun Pemerintah Aceh maupun Kabupaten juga harus ikut membantu dan mendukung penuh dalam membangkitkan masyarakat sadar Wisata,” sebutnya.

“Karena saat ini seperti contohnya masyarakat leubok sukon sudah mau, namun tidak bisa bergerak jika tidak ada dukungan pemerintah, infrastruktur misalnya, maka pemerintah harus benar-benar lebih giat lagi dalam membantu masyarakat.” Tambanya.

Kemudian, Ellu sufriadi, S.Si.,M.Si, pewakilan ARC Unsyiah dalam sambutannya secara Daring mengatakan bahwa selama ini pihaknya sudah melakuan kegiatan pengembangan Desa Wisata rantau Sabon yang berbasis Nilam, Menurutnya nilam memiliki potensi pengembangan yang sangat baik dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

“Selama dua tahun terakhir kami dari pihak ARC Unsyiah telah melakukan banyak hal mulai dari pengembangan ekonomi, dan pengembangan industri nilam,”  Katanya melalu video conference yang ditayangakan pada acara tersebut

“Dari produk nilam ini bisa menjadi triger untuk menarik Wisdom dan maupun wisman, ini menjadi penting itu kita kembangkan, agar wisata itu tidak hanya soal pemandangan yang bagus tapi juga harus hal unik yang ada di daerah tersebut,” Lanjutnya.

“Kita berharap dengan adanya Bimtek ini, bisa membuat banyak pihak yang akan terlibat dalam pengembangan Desa Wisata, dan Aceh bisa meningkatkan kunjungan wisata,”  tutupnya.

Bimtek ini dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan 3M yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun serta menggunakan hand sanitizer dan menjaga jarak fisik selama kegiatan berjalan.

Pun seluruh Peserta dan Panitia serta Narasumber juga terlebih dahulu melakukan Rapid Test dan baru dapat mengikuti kegiatan setelah dinyatakan hasil tesnya non reaktif.

Laporan : Muzammil

Komentar