Forum Kajian Ilmiah FEBI IAIN Lhokseumawe Gelar Diskusi Perdana Dengan Kakanwil Direktorat Jendral Beacukai Aceh

Nanggroe.net, Lhokseumawe|Forum kajian ilmiah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Lhokseumawe melaksanakan kajian diskusi  perdana pada Rabu (16/03/2021)

Dari rilis yang diterima Nanggroe.net acara tersebut  dihadiri oleh dosen dan pejabat ruang lingkup Febi IAIN Lhokseumawe, Diskusi dengan Tema “Relevansi angka kemiskinan dalam kebijakan pemerintah RI di Propinsi Aceh dalam bidang perdagangan Ekspor Impor” dibuka langsung oleh Dekan FEBI Bapak DR.Mukhtasar

Adapun narasumber nya berasal dari Direktoral Jendral Bea Cukai Kanwil Aceh  Bapak Zulfikar Mahdanie.

Direktorat Jenderal Bea Cukai sebagai salah satu instansi vertikal pemerintah pusat melalui kantor wilayah Aceh memberikan perhatian khusus mengenai berbagai aspek perekenomian di propinsi Aceh. Kepala kantor Wilayah DJBC Aceh menginisiasi  program peningkatan potensi ekspor berbagai produk, hasil perkebunan, perikanan  dll ke berbagai negara. ujar Zulfikar Mahdanie

Secara khusus Bapak Zulfikar Mahdanie memberikan materi tentang tata laksana kepabeanan di bidang ekspor dan impor

Baca Juga :

Audit BPKP Temukan Kerugian Negara 4,9 Milyar Di Pembangunan Pengaman Pantai Cunda – Meuraksa, HMI : Kami Akan Terus Mengawal Kasus Ini

Materi dilanjutkan pula dengan diskusi ilmiah secara umum mengenai berbagai aspek ekonomi di Provinsi Aceh menyikapi hasil pendataan Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa Aceh adalah merupakan salah satu Propinisi termiskin di Indonesia.

Menurut Zulfikar mahdanie bahwa Narasi yang tepat Aceh merupakan salah satu Provinisi dengan jumlah penduduk miskin tertinggi ke 6 di Indonesia.

“Berbagai data menunjukkan bahwa Sumber daya Alam Provinsi Aceh merupakan salah satu yang terkaya di RI, namun mengapa jumlah penduduknya mencapai angka 15% di klasifikasikan sebagai penduduk miskin oleh BPS” Sebut Zulfikar

Berbagai faktor yang dianggap menjadi penyebab diantaranya adalah :

  1. Tingkat pendidikan yang rendah, sehingga proses pengolahan bahan baku menjadi produk tidak dilakukan secara maksimal, contohnya adalah produk kemiri yang dijual ke pembeli  dalam bentuk asal, masih dengan cangkang, dengan harga 7.500, padahal jika di kupas, di jemur dan memakai mesin sehingga menjadi kemiri pecah maupun utuh tanpa cangkang yang dapay dijual dengan harga 24.000
  2. 2.Terbatasnya lapangan pekerjaan.
  3. Etos kerja
  4. Harga bahan sandang pangan papan di Aceh yang mahal

Poin no 4 dijelaskan secara khusus oleh bapak Zulfikar Mahdanie dengan memberikan berbagai contoh di Aceh, misalnya harga bawang merah, bawang putih, gula, garmen, mainan anak dan lainnya.

Baca Juga :

Begini Cara Polda Aceh Pastikan Identitas Asep

menyampaikan pula kendala kendala yang dihadapi dalam mewujudkan program ekstensifikasi pemasaran produk ke manca negara (ekspor ) yaitu:

  1. Dukungan Pemerintah yang belum maksimal
  2. Keterbatasan infrastruktur
  3. Belum adanya integrasi data potensi produk ekspor
  4. Mininnya sosialisasi teknis mengenai pengendalian mutu barang berstandar ekspor
  5. Koordinasi lintas sektoral
  6. Permodalan

Diskusi ilmiah di tutup dengan kesimpulan bahwa Aceh sebagai salah satu Provinisi yang memiliki sumber daya alam yang melimpah seharusnya dapat mensejahterakan rakyatnya, namun faktanya Aceh mendapatkan label salah satu penduduk miskin ke enam tertinggi, sehingga perlu di lakukan berbagai upaya yang terintegrasi salah satunya upaya peningkatan ekspor langsung dari Provinsi Aceh.

 “FEBI IAIN Lhokseumawe sebagai salah satu intsitusi pendidikan diharapkan mengambil peran aktif dalam melakukan penelitian ilmiah,pengumpulan data terintegrasi dan diharapkan dapat menjadi lembaga pendidikan yang memilki program-program yang bersentuhan langsung dengan peningkatan potensi ekspor propinsi Aceh” tutup Dekan Febi

Komentar