Nanggroe.net, Lhokseumawe | Pemerintah Kota (Pemkot) Lhokseumawe berencana mengubah gedung di pasar Pusong, Kecamatan Banda Sakti menjadi sebuah hotel.
Menanggapi hal itu, Koordinator LEMHI Aceh, Muhammad Fadli mengatakan bahwa rencana tersebut hipokrit (Berpura-pura – Red KKBI) Pemkot Lhokseumawe untuk menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD).
“Kita bisa lihat banyak bangunan mangkrak di Kota Lhokseumawe yang tidak difungsikan seperti terminal bus, pasar buah, pasar ikan, lapangan upacara, pabrik garam, dan museum kota Lhokseumawe,” sebut Fadli kepada Nanggroe.net, Kamis (23/7).
Baca Juga : Mesin ATM di Lhokseumawe Kembali Dibobol Maling
Menurutnya, bangunan-bangunan yang telah mangkrak tersebut adalah tempat yang paling strategis untuk menambah PAD tanpa harus mengeluarkan biaya anggaran untuk memfungsikan kembali.
“Transformasi pasar pusong menjadi hotel membutuhkan anggaran sekitar 10 milyar, ini jumlah yang sangat fantastis, mungkin jika dialih fungsikan untuk membangkitkan ekonomi umat akan lebih Sangat bermanfaat,” tandasnya.
“Cara berpikir Pemkot Lhokseumawe jangan stagnan dan hipokrit lah, membuat kebijakan atas nama daerah dan rakyat namun gakta empirik di lapangan non sense,” tandasnya lagi.
Baca Juga : Sengketa Lahan, Masyarakat Minta Dukungan DPRK Aceh Tamiang
Lanjutnya, Jika Pemkot Lhokseumawe ingin membangkitkan PAD, harusnya bisa memfungsikan kembali bangunan yang telah mangkrak agar bangunan tersebut tidak sia-sia dibangun.
“Pemimpin itu pemikiran nya harus bijak dan visioner, bukan menutup masalah dengan cara menambah masalah yang baru, jangan sampai masyarakat berpikir setiap pembangunan infrastruktur yang telah dibangun dan mangkrak hanya untuk mengejar fee saja, setelah dibangun berfungsi atau tidak itu tidak peduli,” tegasnya.
Fadli menyarankan, dalam mengambil kebijakan Pemkot Lhokseumawe harus berpikir yang lebih subtansial, Seperti mencari solusi agar kota Lhokseumawe tidak dicap sebagai Kota kumuh lagi,
“Di tempat orang lain icon daerahnya bagus, ada icon kota wisata, icon syariat Islam, icon satenya dan lain-lain, Ini Kota Lhokseumawe dikenal dengan icon kumuhnya,” tuturnya.
“Tata kelola Kota sudah sangat amburadul, seharusnya para pedagang di tertibkan dengan tanpa menghilangkan hak-hak mereka agar Kota Lhokseumawe bisa terbebas dari icon negatif tersebut,” tutup Muhammad Fadli.
Komentar