Anggota Komisi-III DPRA: Beternak Kambing Lebih Mudah

Nanggroe.net, Aceh Utara | Anggota Komisi-III DPRA Mukhtar Daud dalam kegiatan reses meninjau pusat peternakan kambing Aceh Utara di Gampong Ceumpedak, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Selasa, 6 Maret 2021.

Politisi PNA lulusan Kedokteran Hewan Unsyik ini, siap mengalokasi anggaran dari APBA untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui peternakan.

Peternakan kambing dan domba di Ceumpedak telah dikembang sejak tahun 2007. Ketika itu, Mukhtar Daud masih menjabat sebagai geusyik (kepalada desa) di sana.

Baca Juga :

Sempat Diperbaiki Jalan di Los Kala Kota Lhokseumawe Kembali Rusak Parah

“Awalnya, kita membantu warga Rp. 50 juta melalui dana desa,” jelasnya.

Latar pendidikan Mukhtar Daud sebagai Sarjana Kedokteran Hewan, juga telah mendukung kegiatan peternakan di Ceumpedak. Saat ini, peternak telah memiliki seratusan kambing. Bahkans selain kambing, warga juga telah mengembangkan ternak domba.

Usai melihat langsung peternakan di Ceumpedak, Mukhtar Daud optimis usaha tersebut akan mampu memberdayakan ekonomi masyarakat.

“Kebutuhan daging kambing tinggi di Aceh, sehingga peretnakan kambing sangat potensial,” tegas anggota DPRA yang sering dipanggil MD.

Selain untuk kebutuhan warung kari kambing, jenis hewan ini juga mudah dipasarkan pada musim haji. Yakni untuk kebutuhan hewan kurban. Selain itu, warga juga membutuhkan kambing untuk akikah.

Menurut Mukhtar Daud beternak kambing lebih mudah.

“Selain perawatan mudah, tingkat keberhasilan juga tinggi,” ujarnya.

Sehingga dia mengharapkan masyarakat ikut mendukung program pemberdayaan ekonomi melalui peternakan kambing.

Kambing asal Gampong Ceumpedak, selain di pasarkan di Aceh Utara, juga telah dipasarkan ke daerah lain. Diantaranya, Banda Aceh, Sabang, Aceh Tengah dan daerah lainnya.

“Pemasarannya, sampai ke Aceh Besar,” jelas Kepala Dusun Teungoh, Ceumpedak, Armia Yahya.

Menurutnya, harga jual antara Rp2 juta sampai Rp2,5 juta per ekor. Sebagian bibit kambing dibeli di pasar hewan, harganya antara Rp1 juta sampai 1,5 juta.

“Setelah dipelihara selama tiga sampai empat bulan, kambing laku dijual Rp2 juta sampai Rp2,5 juta,” tambah Armia.

Selama tiga bulan warga mengeluarkan biaya pakan jenis konsentrat rata-rata Rp150.000. Selain pakan konsentrat, warga juga menggunakan hijauan untuk kebutuhan pakan ternak kambing dan domba.

Selain membeli bibit di pasar hewan, mereka juga melakukan pembibitan kambing melalui perkawinan. Jenis kambing unggul dijadikan sebagai pejantan, agar bisa menghasilkan bibit yang berkualitas.

Laporan Ismu | Banda Aceh

Komentar