Nanggroe.net, Jakarta | Presiden Amerika Serikat Donald Trump, mengatakan bahwa dirinya sedang tidak ingin bicara dengan presiden China, Xi Jinping. Trump juga menegaskan bahwa dirinya bisa saja memutuskan hubungan AS dengan China terkait cara penanganan virus Corona.
Seperti dilansir dari AFP, pada Jumat (15/5). retorika Trump untuk China yang semakin keras, disampaikan ditengah pertikaian kedua negara terkait pandemi virus Corona. Bahkan ketegangan AS dan China meningkat setelah saling adu argumen soal asal mula virus Corona, yang pertama kali dideteksi adalah di Kota Wuhan, China, di akhir tahun 2019. Trump bahkan menyebut China sebagai wabahnya.
“Saya memiliki hubungan yang sangat baik (dengan Xi), namun saat ini saya tidak ingin bicara dengannya”, kata Trump merujuk pada presiden Xi dalam wawancaranya dengan media AS, Fox Business.
“Saya sangat kecewa pada China dan saya beritahu pada anda hal itu sekarang”, tegas Trump.
Saat ditanya mengenai bagaimana AS akan bertindak, Trump tidak memberikan jawaban spesifik, tetapi menyampaikan komentar bernada ancaman.
“Ada banyak hal yang bisa kita lakukan, kita bisa melakukan sesuatu. Kita bisa memutuskan seluruh hubungan”, ungkap Trump sembari melajutkan.
“Jika anda melakukannya, apa yang akan terjadi?, Anda akan menyelamatkan US$ 500 miliarr jika anda memutuskan hubungan seluruhnya”. Lanjut Trump
Beberapa pekan terkhir, Presiden Trump juga menuduh China menutupi skala sebenarnya dari wabah virus Corona, yang akhrinya menyebar luas ke berbagai negera dan hingga kini menewaskan lebih dari 300 ribu orang secara global.
Sementara atas tuduhan tersebut China membantah keras dan menyatakan pihaknya telah memberikan semua data yang ada sesegera mungkin kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Trump juga mempertegaskan kembali tuduhannya terhadap China.
“Mereka bisa menghentikannya, mereka bisa menghentikannya di China yang menjadi asalnya, tapi itu tidak terjadi, sungguh menyedihkan apa yang terjdi di dunia dan pada negara kita, dengan semua kematian yang ada”, imbuh Trump.
Tuduhan serupa juga dilayangkan oleh Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, Kamis (14/5) waktu setempat.
“Sementara AS dan sekutunya serta mitra kamk memgkoordinasikan respon kolektif yang transparan untuk menyelamatkan nyawa, PRC terus membungkam ilmuwan, jurnalis dan warganya, dan terus menyebarkan informasi, yang memperburuk bahaya krisis kesehatan ini”, cetusnya.
Sementara, Duta Besar China untuk Inggris, Liu xiaoming, mengatakan bantahan keras dalam wawancara dengan Sky News.
“Tidak ada yang ditutup-tutupi sama sekali, China adalah korban, China bukanlah pelaku”, ujarnya.
Ketegangan hubungan Amerika Serikat dan China terkait virus Corona memicu pertanyaan soal nasib kesepakatan dagang parsial yang di tandatangani januari lalu, yang ditandai dengan gencatan senjata dalam perang dagang kedua negara tersebut.
Awal pekan ini Trump juga mengenyampingkan opsi negosiasi ulang untuk kesepakatan itu, saat dia ditanya soal laporan yang menyebutkan China membuka kembali perundingan.
Diketahui bahwa para pejabat Amerika Serikat tengah mencari cara untuk menghukum China dan meminta kompensasi atas segala kerugian yang disebabkan oleh virus Corona.
Pada hari selasa lalu (12/5), para senator Republikan mengajukan legislasi yang akan memberikan wewenang kepada presiden Trump untuk menjatuhkan sanksi terhadap China, jika negara China tidak memberikan pertanggung jawaban penuh terkait virus pandemi.
Komentar