Nanggroe.net, Lhokseumawe | Nama Lengkapnya Budi Bahreisy merupakan salah satu peraih gelar Doktor di usia muda, Ia adalah seorang dosen dari Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh.
Lazimnya, gelar Doktor diperoleh seseorang di atas umur 30 tahun. Namun ini sangat menginspirasi, Ia berhasil di rentang usia 29 tahun telah menyematkan gelar doctor dinamanya.
Awal tahun 2020, Budi Bahreisy mendapatkan gelar Doktor. Saat itu usianya baru menginjak 29 tahun. Budi, begitu kerap disapa oleh Mahasiswa Universitas Malikussaleh.
Baca Juga : Dosen Ilmu Politik Unimal Raih Gelar Doktor dengan Predikat Cum Laude
Awalnya Budi menempuh pendidikan strata satu (S1) Budi mengenyam pendidikan di Jurusan Hukum, Universitas Sumatera Utara (USU) dengan predikat Cum Lauder dari raihan IPK 3, 86 hanya diselesaikan dengan jangka waktu 3,5 tahun.
Tak hanya sampai di Strata Satu, Budi melanjutkan studinya dengan mengambil Program Magister Studi Ilmu Hukum (S2) dan mengangkat topik penelitian tesisnya “Penerapan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam Upaya Mengoptimalkan Pengembalian Kerugian Negara (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1605 K/Pid.Sus/2014)”. dan lulus dengan nilai sangat memuaskan pada 2015 silam.
Walaupun gelar magister sudah di sematkan, Budi masih termotivasi dan bersemangat untuk menuntut ilmu ke jenjang selanjutnya yakni pendidikan doctoral di Universitas yang sama yakni USU.
Baca Juga : Kaustar, Kiper yang Tangguh Bawa Harum Nama Aceh di Porwil X
Tak tanggung-tanggung, ia menamatkan pendidikan doktoral dengan predikat Cum Laude pada 2020. Belakangan ini menjadi perbincangan karena salah seorang doktor termuda yang dimiliki Universitas Malikussaleh.
Kini Ia menjadi dosen di Fakultas Hukum, Universitas Malikussaleh, ada tiga hal yang mendorong budi untuk mau mengabdi sebagai pendidik di kampus.
“Pertama amal jariyah yaitu dengan memberi ilmu yang bermanfaat, kedua di akhirat nanti pasti ada salah satu tangan mahasiswa memegang tangan agar tidak jatuh ke neraka ketika berjalan di siratul mustaqim, dan terakhir mendapatkan sedikit upah demi kelangsungan hidup yang berkecukupan” ujarnya kepada Nanggroe.net, Sabtu (11/7).
Menurutnya, dengan segala keterbatasan yang ada, mestinya sebagai manusia harus mampu mencari peluang di mana bisa berkontribusi kepada masyarakat luas melalui kapasitas yang kita miliki.
Karena, banyak terdapat permasalahan di masyarakat yang perlu dicari solusinya dengan tingkat kompleksititas yang bervariasi, bisa jadi kompleksititasnya rendah, bisa juga tinggi.
“Seorang doktor memiliki bekal dasar untuk menangani permasalahan yang ada,” ujar Budi.
“Teruslah merasa bodoh, mengutip pendapat Buya Hamka, orang yang pintar adalah orang yang selalu merasa bodoh, tak pernah berhenti belajar dan terus belajar,” pinta Dr. Budi Bahreisy, S.H., MH
Komentar