Nanggroe.net, Aceh Utara | Dibandingkan Bakal Calon (Balon) lain, barangkali Murthalamuddin adalah figur Calon Bupati yang telah terang-terangan sudah mempersiapkan diri untuk bertarung dalam kontestasi Pilkada 2022 di Aceh Utara.
Pak Kadaih sapaan akrabnya karena pernah menjabat sebagai Kepala Dinas itu pun bukan hanya populer di mata masyarakat tetapi dengan gayanya yang sederhana dan memiliki segudang gagasan politik yang sering dibagikan di akun media sosial miliknya.
Magister Studi Pembangunan USU itu menyebutkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Januari 2020, Aceh Utara menjadi daerah paling banyak penduduk miskin dibandingkan dengan 22 daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh.
Baca Juga : Murthalamuddin Bakal Calon Kuat Bupati Aceh Utara di Pilkada 2022, Berikut Profilnya
“Kemiskinan adalah suatu kegagalan pemimpin di Aceh Utara yang sampai saat ini masih menjadi tanda tanya kenapa tidak bisa diselesaikan,” ucapnya kepada Nanggroe.net, Jum’at (21/8).
Menurutnya, Aceh Utara memiliki potensi yang tinggi dengan memiliki geografis yang luas tentu kemiskinan di masyarakat bisa diatasi dengan mudah jika dikelola dengan baik oleh para pemangku jabatan.
“Saya sering terjun kelapangan melihat langsung Aceh Utara memiliki tempat yang startegis dalam membangkitkan ekonomi masyarakat, tentu jika dimanfaatkan dengan baik Aceh Utara tidak mendapatkan peringkat buncit penduduk paling miskin di Aceh,” ujarnya.
Baca Juga : Jika Multiyears Bisa Turunkan Kemiskinan di Aceh Saya Siap Potong Tangan
Bagaimana cara mengentaskan Kemiskinan?
Kata Murthalamuddin, Kemiskinan akut di Kabupaten Aceh Utara di dominasi oleh sekor petanian, sebab mata pencarian utama masyarakat menjadi petani padi.
“Maka pemberantas kemiskinan di Aceh Utara dengan meningkatkan nilai tukar petani, nanti (Jika terpilih menjadi Bupati) Peraturan Bupati akan mengarahkan dana Gampong untuk dapat miliki Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) pengadaan Sarana Produksi (Saprodi) dengan tugas utama memodali petani padi untuk turun kesawah,” tandasnya.
Selain itu, setelah ditampung gabah kering panen dari BUMG, Pemerintah akan menjamin dana talangan bagi kilang padi untuk membeli gabah para petani, dengan begitu harga gabah akan menjadi lebih baik.
“Selama ini gabah dibawa ke Medan, jalur perdagangan gabah yang panjang membuat petani harus merugi, yaitu biaya angkut dan laba tengkulak,” tuturnya.
Murthalamuddin itu kembali menegaskan bahwa dengan langsung di serap BUMG dan kilang padi maka harga gabah jadi lebih baik karena akan menghentikan tengkulak dan biaya angkut ke Medan.
“Dengan membaiknya nilai tukar petani (NTP) maka akan membuat mereka membeli barang sekunder, sehingga menggerakkan pasar-pasar,” katanya
Jadi, lanjutnya, membaik harga gabah akan membuat petani berbelanja sehingga sektor lain pun ikut berproduksi di masyarakat.
Kemudian, sektor Nelayan pun dapat mengetaskan kemiskinan di Aceh Utara, karena Aceh Utara memiliki pesisir laut yang luas dan juga sebagai mata pencaharian masyarakat yang memiliki kekayaan laut yang melimpah.
“Sektor lain adalah nelayan, sektor ini harus dibantu dengan cara agar kaum ibu nelayan berproduksi misalnya membuat makanan berbasis ikan, sehingga ketika ikan berlimpah tidak terbuang dan jatuh harga,” cetusnya.
Maka, dengan menggerakan para petani dan nelayan di Aceh Utara maka kemiskinan bisa diselesaikan jika ini diterapkan oleh Pemerintah yang melihat permasalahan kenapa penduduk di Aceh Utara banyak yang miskin.
“Maka kita harus lihai mencari peluang jangan hanya fokus kepada hal lain yang ternyata dengan menggerakan petani dan nelayan pengentasan kemiskinan di Aceh Utara akan mudah diatasi,” pungkas Murthalamuddin atau Pak Kadaih.
Komentar