
NANGGROE.MEDIA, BENER MERIAH | Para pelajar di Bener Meriah melakukan kunjungan edukatif ke Rumah Tahanan Kelas IIB Bener, Provinsi Aceh. Kunjungan ini bertujuan guna melakukan observasi langsung mengenai permasalahan sosial khususnya tentang pengelompokan sosial dilingkungan warga binaan. Sabtu, 08 November 2025.
Kegiatan kunjungan ini memberikan pemahaman komprehensif kepada para pelajar mengenai realita sosial yang dihadapi warga binaan pemasyarakatan (narapidana), serta mendiskusikan peran Rumah Tahanan dalam proses pembinaan dan penegakan nilai-nilai kesetaraan sosial.
Diketahui, para pelajar yang melakukan kunjungan observasi ini merupakan siswa dan siswi asal SMA Negeri 1 Bukit, Kabupaten Bener Meriah.
Kepala Rumah Tahanan Kelas IIB Bener Meriah, Heddry Yadi menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas inisiatif kunjungan yang juga didukung oleh Pusat Bantuan Hukum Dan Mediasi Aceh (P2BHMA).
Dia (Karutan), mengatakan bahwa kegiatan ini menjadi suatu jembatan edukasi penting menunjukkan bahwa proses pembinaan di Rumah Tahanan merupakan bagian integral dari permasalahan sosial yang perlu di pahami generasi muda.
Heddry Yadi menambahkan, kegiatan ini juga memberikan kepada siswa-siswi tentang tugas dan fungsi Rumah Tahanan dalam pelaksanaan pembinaan sehari-hari. Kemudian siswa-siswi diberikan pengetahuan agar berfikir apabila membuat suatu kejahatan dapat memberikan dampak yang merugikan masa depan.
”Selama ini penilaian dan pengamatan, bahwa Rutan ini merupakan tempat yang seram dan kejam tempat orang-orang yang jahat dihukum. Namun, dengan adanya kunjungan observasi ini pelajar diberikan gambaran dan pemahaman bahwa Rutan ini tempat orang-orang yang dibina menjadi baik, tertata kehidupannya dilingkungan sosial di kemudian hari,” kata Heddry.
Menurutnya, kunjungan observasi para pelajar ini juga dapat memperluas wawasan tentang pentingnya solidaritas, kesetaraan dan penerimaan tanpa di diskriminasi di lingkungan masyarakat.

Selain itu, petugas Rutan juga memberikan pemaparan tentang struktural organisasi dan kelembagaan Rutan, serta menjelaskan bahwa Rumah Tahanan bukan hanya sebagai tempat penahanan, melainkan pusat edukasi sosial guna mempersiapkan warga binaan (napi) kembali ke masyarakat dengan semangat kesetaraan.
Sementara, salah seorang pelajar SMA Negeri 1 Bukit, Syazana Attifa mengungkapkan bahwa selama ini gambaran yang ada dibenak fikirannya Rumah Tahanan adalah tempat yang mencekam, mengerikan dan gelap. Namun, setelah diberikan materi pemahaman oleh pihak petugas, pola fikir dirinya terbuka bagaimana proses pembinaan di Rumah Tahanan.
”Jadi selama ini saya berfikir bahwa Rumah Tahanan itu seperti di film-film tempatnya mengerikan, seram dan mencekam. Dan ternyata setelah kami diberikan materi ataupun pemahaman oleh petugas lembaga pemasyarakatan tidak seperti yang dibayangkan,” ungkap Syazana Attifa saat diwawancarai Nanggroe.media di lingkungan Rutan Kelas IIB Bener Meriah.
Syazana menambahkan, setelah kami mendengarkan pemaparan (materi) dan pemahaman, Rumah Tahanan ini sebagai tempat pembinaan terhadap orang-orang yang telah melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum dan setelah menjalani, warga binaan ini kembali dapat ke lingkungan sosialnya menjadi kehidupannya tertata baik tanpa diskriminasi kesetaraan sosial.
Begitu juga hal yang sama disampaikan oleh Andra Afrilio pelajar yang berkunjung melakukan observasi ke Rutan Kelas IIB Bener Meriah. Ia mengungkapkan, Rumah Tahanan ini ternyata tempat orang yang berbuat kesalahan lalu dibina, dibimbing, dan dilatih sesuai keahlian nya, yang mana jika mereka (napi) kembali ke masyarakat dapat mengembangkan keahlian nya.
”Di Rutan ini tempatnya bersih, rapi, indah, tertib dan petugas-petugasnya juga ramah serta baik. Pemandangannya juga bagus bahkan ada juga peliharaan hewan seperti burung, tempat-tempat pelatihan lainnya,” ungkapnya dengan ekspresi wajah senyum-senyum tipis.
Selanjutnya, para siswa juga diberikan kesempatan untuk melakukan observasi secara langsung ke dalam Rumah Tahanan untuk menyaksikan kehidupan warga binaan (napi) serta berdialog mengenai fenomena pengelompokan sosial yang terjadi dilingkungan pembinaan.
Melalui kegiatan ini diharapkan para pelajar dapat memahami lebih dalam tentang dampak pengelompokan sosial serta pentingnya membangun kesetaraan dan empati di masyarakat.




Komentar