Perempuan Dan Budaya Pratiarki

“Kalau perbedaan itu rahmat, lantas mengapa kalian minta disamakan”

Nanggroe.net, Lhokseumawe |Banyak orang yang salah menafsirkan kalimat tersebut hingga terjadi sesat Fikir yang meresahkan. Persamaan yang kami maksud adalah persamaan hak dan kewajiban perempuan sebagai penduduk negeri.

Budaya patriarki jelas masih mengakar di tatanan masyarakat Indonesia. Konstruksi sosial yang memposisikan laki laki-laki sebagai kaum nomor satu seakan menjelaskan bahwa perempuan tak patut berpendapat.

Hal semacam ini yang melahirkan ketidaksetaraan gander di masyarakat. Dan lagi-lagi perempuan sebagai kaum nomor dua menjadi semakin termarjinalkan .

Permasalahan yang kerap kami hadapi dari dampak budaya patriarki adalah ketidaksetaraan gender yang menciptakan berbagai tindakan kekerasan seksual terhadap perempuan.

Baca Juga :

Ketua KPK Ingatkan Pemerintah Aceh Terkait Dana Otsus

Relasi antara kedudukan perempuan dengan tindak pemerkosaan maupun pelecehan seksual, tanpa di sadari sebenarnya berasal dari tradisi sosial yang menempatkan laki-laki pada posisi yang mendomisili kaum perempuan di segala aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi , sosial ,maupun politik.

Contoh realitas belum terpenuhi nya hak-hak perempuan di Masyarakat bisa dilihat dari segi pekerjaan dan politik. Kami cenderung di rekomendasi ke sektor pekerjaan domestik , karna di anggap tak bijak dalam mengambil keputusan layaknya seorang laki-laki.

Hal ini menyebabkan Rendahnya partisipasi perempuan dalam bidang politik yang menyebabkan berbagai kepentingan perempuan sampai saat ini belum terwujud seutuhnya.
dan juga kurangnya kebijakan pemerintah yang berperspektif gender.

Penulis
Zean Rindu Alifa
Mahasiswi Angkatan 18 Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh

Komentar