Apa yang terlintas di benakmu mendengar kata ‘aktivis mahasiswa’, ?
Yang suara nya bergema di jalan raya, kepalan tangan kiri nya berayun di udara dan tangan kanannya selalu melambai, merangkul semuanya.
Aktivis mahasiswa, siapa yang kenal dengan julukan nama besar nya?, di antara perjuangan dan pergerakan nya, tak hanya terpapar orang yang suka, juga terlampir orang yang membencinya, walaupun yang di perjuangkan nya atas nama ‘rakyat yang di cintainya’.
Manusia satu itu merupakan sosok yang biasa saja, namun cara nya mengartikan sesuatu yang sangat tak biasa, bergerak harus punya ‘Ideologi’, mencapai nya harus memahami ‘politik’, mengusahakan nya dengan cinta dan ‘stategi’, dan membentengi pergerakan nya dengan segala ‘taktik’, ya dialah aktivis mahasiswa yang selalu bergerak dengan ideologi, politik, strategi dan taktik (Ideopolstratak).
Dalam kamus pergerakan nya, di kenal dengan dua kalimat penyempurna, diantaranya ‘Salam cinta atas nama perjuangan, dan salam perjuangan atas nama cinta’. Ya, inilah kamus yang selalu di gunakan sosok manusia satu itu, yakni cinta dan perjuangan.
Perjuangan dan cinta adalah kata kerja bagi nya, penguasa adalah objek yang di buru nya, dan nama rakyat lah yang di gaungkan mencapai segala misi nya.
Mahasiswa bergerak tanpa beban, dan tak ada yang mampu mengintervensi makluk satu ini, karena pertama kali masuk kampus dan menyandang gelar ‘Mahasiswa’, ia di suguhkan dengan sumpah dengan tanah air tanpa penindasan, bahasa tanpa kebohongan, dan bangsa yang rindu akan keadilan, dan sebelum ia mengenal mata kuliah nya, ia juga berjanji selalu berada dalam barisan membela kebenaran.
Pergerakan adalah dunia baginya, dan kemerdekaan orang banyak merupakan kebahagiaan untuk nya, maka tak heran jika banyak aktivis mahasiswa gagal menjalin cinta di masa-masa ia menikmati proses hidup nya.
Gagal bercinta bukan karena aktivis mahasiswa makhluk yang tak setia, namun tahukah kita? waktu nya tak sebanyak itu untuk bermanja, dan untuk wanita tak biasa dengan cara hidupnya, tak mungkin mampu bertahan dan bisa menerima, itulah sebab nya banyak sosok yang tak sanggup hidup bersama di kala prosesnya.
Namun, tak menutup kemungkinan kedepannya banyak wanita tegar dan hebat, yang maklum dengan cara-cara nya, memandangi kesibukannya adalah kewajiban yang harus di dukung, melihat tingkah cuek nya berarti ia lelah dan perlu di perhatikan, dan mungkin jika ada sosok seperti itu, akan bertahan bersamanya.
Di segala perjuangan, ia selalu mencari solusi dan hasil terbaik, dan itulah arah ikhtiar nya, selalu berupaya memecahkan apa yang kaku, menyelinap jika terjepit, dan mundur kepantangan paling fatal dalam hidupnya.
Maka beruntung, bagi mereka yang mengenal dan dekat sama aktivis mahasiswa, baik bersahabat, maupun hubungan lainnya.
Dalam artian luas, cinta adalah penyemangat terbaik untuk nya, bergerak dari sisi demonstrasi atau diplomasi, semua bersandar pada cinta. Karena rasa itu lah memotivasi nya untuk tidak mengeluh, dan terus berupaya.
Cinta juga mengajarkan sosok mahasiswa ini selalu punya keikhlasan yang insani, bergerak dengan kemauan murni, tanpa ada paksaan dan bertindak atas nama kemerdekaan.
Di balik takdir yang selalu menunggunya, ketentuan dan ketetapan sudah ada di kala ia berjuang, namun usaha dan ikhtiar selalu di kumandangkan, berprasangka baik pada Tuhan, karena setiap yang baik selalu membuahkan yang baik pula, ini lah perjuangan antara ikhtiar dan takdirnya.
Jika kita telusuri lebih dalam, sebagaimana langit tinggi menjulang, bumi yang mendalam begitu juga semangat yang di punyainya.
Ia selalu ingat, nasihat para pejuang, termasuk proklamator kemerdekaan ‘Gantungkan cita-citamu setinggi langit, bila kamu jatuh maka jatuh di antara bintang-bintang’.
Dan itulah konsep optimisme baginya, karena aktivis mahasiswa adalah manusia bermental pejuang bukan pecundang, ia pun yakin setiap perjuangan selalu ada Lindungan Tuhan.
Dibalik cinta yang di punyai aktivis mahasiswa, disitu juga terdapat ikhtiar dalam kehidupannya, dan tetap misi utamanya mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Penulis : Arwan Syahputra
Mahasiswa Universitas Malikussaleh asal Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.
Isi tulisan ini sepenuhnya milik dan tanggung jawab penulis.
Komentar