Kota Lhokseumawe merupakan bagian wilayah dari provinsi Aceh, Kota ini juga sebagai Kota Petro Dollar. Dari rentang geografis kota Lhokseumawe adalah kota yang strategis karena berada pada semenanjung selat malaka. Dengan panjangnya garis pantai yang dimiliki kota ini. Sumber daya dari laut lepasnya melimpah mulai dari budidaya ikan maupun ikan hasil tangkapan dari laut lepasnya. Tetapi di lain sisi, ikan yang melimpah pun tidak membuat harga ikan terjangkau yang memungkinkan konsumsi rumah tangga menurun dalam memenuhi kebutuhan proteinnya. Terkendalanya akses logistik memungkinkan harga-harga barang yang sebagian di impor dari luar kota seperti cabai maupun bawang menjadi sangat mahal di kota ini. Dan itu berlaku juga untuk barang lainnya. Kota ini sebagai kota Administratif, ada juga sebagian kantor-kantor dinas Kabupaten Aceh Utara, yang ada di kota ini. Penyumbang PDRB terbesar ada di sektor pemerintahan dan di ikuti oleh konstruksi. Memang penyangga ekonomi di kota Lhokseumawe adalah sektor belanja pemerintah.
Basis ekonomi di kota ini barang dan jasa. Barang-barang ekonomi sebagian besar adalah barang dari luar, walau pun kota ini memiliki berapa Perusahaan Proyek Vital. Jika ada Perusahaan Proyek Vital, tapi pekerja, barang atau logistik itu dari luar kota dapat menjadi efek yang negatif bagi perekonomian lokal. Karena uang yang harusnya beredar di lingkup kota justru uang itu akan kembali lagi ke luar kota. Hal di atas bisa di contohkan dengan cenderungnya orang untuk belanja online. Belanja online yang notabenya neo sentralisasi ekonomi di indonesia wajib di waspadai. Karena dapat mengakibatkan aliran uang yang keluar terlalu banyak dan menjadikan hal negatif bagi perekonomian lokal sendiri dan dapat mematikan toko lokal dan pasar tradisional.
Minimnya badan usaha yang dapat menyerap tenaga kerja juga menjadi pekerjaan rumah yang belum selesai di kota ini. Tiap tahun ribuan sarjana dan berbagai macam latar belakang lainnya di kota ini, dalih menanamkan ke wirausahaan sebagai alternatif yang dapat di kembangkan oleh para sarjana. Tapi, sebagian besar mereka banyak terganjal dalam berbagai bentuk modal dan keahlian karena belum berpengalaman di lapangan. Yang mengakibatkan banyak tenaga sarjana dan berbagai latar belakang lainnya menganggur. Karena pemerintahan setempat tidak kompak dalam menurunkan angka pengangguran. Ini tentu akan berdampak terbengkalainya keahlian atau ilmu yang di dapatkan dalam bidang-bidang apa pun yang mereka tempuh dengan kurun waktu yang sangat lama untuk mendapatkan keahlian tersebut. Ini juga kebanyakan penyakit dari perguruan tinggi yang lepas tangan setelah para mahasiswa di wisuda, yang kemudian menjadikan perguruan tinggi hanya semacam pabrik yang tidak dapat mendistribusikan barang produksinya dan terbengkalai begitu saja. Menjadi PNS mungkin masih menjadi pekerjaan idaman bagi kebanyakan orang, tapi sampai di situ, karena keinginan kerap kali tidak memenuhi harapan. Itulah sebab kenapa Perusahaan Proyek Vital menjadi tanggung jawabnya.
Karena dengan adanya perusahaan proyek vital ini. Harusnya banyak tenaga kerja yang bisa terserap, dari tenaga sarjana sampai tenaga terdidik taraf SMSA/SMK. Harusnya mereka juga mampu melakukan pembinaan terhadap UMKM Melalui tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) bagi warga kota Lhokseumawe, indonesia pada umumnya. Baik kerja sama dalam bentuk barang mau pun jasa harus terakomodir dengan bentuk kesepakatan, sehingga pendapatan daerah pun meningkat. Masyarakat punya hak sepenuhnya sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945. Hak dan kekayaan alam adalah milik bersama, bukan malah memperkaya diri sendiri?.
Dengan kedaulatan badan usaha yang di intervensi pemerintah akan memberikan jawaban baik bagi perekonomian daerah. Karena daerah secara tidak langsung juga akan berdampak pada peningkatan PAD pemerintahan itu sendiri, untuk kembali menata kesejahteraan rakyatnya. Harusnya begitu bukan?.
Seharusnya, dengan sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang mumpuni, kota ini dapat menjadikan warganya sengat sejahtera. Sekarang tinggal tugas pemerintah menjadi regulator dan serahkan saja eksekutornya ke masyarakat luas. Dengan tenaga ahlinya, orang yang berkompeten di bidangnya, untuk menata kehidupan yang lebih layak. Berikan saja fasilitasnya kepada yang berkompeten untuk mengerjakannya. Sehingga tercapainya masyarakat yang madani, adil, makmur dan sejahtera.
Pemimpinmu?
Tengku Suaidi Yahya. Lahir di Meunasah Mee Muara Dua, Lhokseumawe, Aceh 1 Juli 1970, Umur 49 Tahun. Adalah wakil wali kota Lhokseumawe yang menjabat pada periode 2007-2012. Wali kota Lhokseumawe periode 2012-2017, 2017-sekarang. Ia adalah mantan petinggi GAM di wilayah Aceh Utara. Pada saat menjadi anggota GAM, ia pernah menjabat sebagai kepala polisi GAM Daerah Pase II, Aceh Utara, wakil gubernur GAM wilayah pase, Aceh Utara. Perwakilan GAM untuk Aceh Monitoring Mission (AMM) wilayah Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe. Di dukung oleh sejumlah partai politik elektoral, ia bersama wakilnya Nazaruddin berhasil memenangkan pilkada Lhokseumawe pada tahun 2012-2017, dengan perolehan suara 39,6 persen atau 31.652 suara. Pada masa kepemimpinannya ia pernah mengeluarkan Qanun (perda) 14, tahun 2013 yang menerangkan aturan yang tidak memperbolehkan wanita duduk mengangkang saat di boncong menggunakan sepeda motor dan duduk mengangkang di bolehkan saat wanita itu sendiri yang mengendarai sepada motor dengan catatan telah mengenakan pakaian yang islami.
Tengku Suaidi Yahya, pernah menempuh pendidikan formal pada usia dini sebelum terlibat dalam GAM. Ia pernah sekolah di sekolah dasar negeri dua kandang kecamatan muara dua, pada tahun 1979-1985. Sekolah menengah pertama negeri 7 cunda, pada tahun 1985-1988. Sekolah menengah atas swasta sosial langkat, sumatera utara, pada tahun 1990-1993. Tengku Suaidi Yahya, juga sempat menempuh pendidikan informal di Pesantren Dasar Pesantren kandang 1982-1990. Sehingga ia melanjutkan pendidikan agamanya pada jenjang Pesantren Labuhan Haji 1993-1999. Setelah mondok di pesantren ia kini juga menjabat pada salah satu posisi strategis dalam keorganisasian di tingkat pesantren, ia menjabat sebagai wakil ketua umum alumni pesantren pada tahun 2008 lalu. Ketua Pelti Lhokseumawe 2012, hingga Komisaris Utama Samudera Media Mandiri, 2015.
Sumber: Wikipedia
Partai Pengusungnya
Kedua kader partai Aceh ini melejit dengan sangat mulus pada pilkada kota Lhokseumawe tahun 2012-2017 lalu. Bagaimana tidak, wakilnya Nazaruddin juga bagian dari pada mantan kombatan, walau pun tidak ikut terlibat dengan cara berperang tapi ikut dalam membantu keuangan GAM waktu konflik. Pilkada pada tahun 2017 lalu. Suaidi Yahya, tak lagi maju berpasangan dengan Nazaruddin, di sinyalir hubungan keduanya tidak seharmonis seperti waktu pertama kali jumpa. “saya pun kurang tau, entah mungkin mereka tidak bisa kerja sama setelah mereka menang, tapi sayangnya nasi udah jadi bubur”. 2017 ia berpasangan dengan Muhammad Yusuf, di usung oleh tiga partai politik salah satunya, Partai Gerindra dan PKS. Partai Aceh tetap menjadi Ikon utama dalam koalisi ini. “Tapi, kok saya lihat pada sisa jabatan ini udah sekayak ada orang yang mau disingkirkan dari kekuasaan ya? Atau jangan-jangan hubungan keduanya juga sedang tidak seharmonis persis sewaktu pertama kali ketemu ?
Oleh : Fakhrurrazi
Direktur Aktivis Millenial Aceh
Komentar