2 Periode Kepemimpinan Suaidi Yahya, Lhokseumawe Bisa Apa?

Ini menjadi pertanyaan mendasar jika kita ingin menelisik selama kepemimpinan Suaidi Yahya di kota Lhokseumawe, apa saja progres dan perkembangan signifikan kota Lhokseumawe selama ini

Tentunya Suaidi Yahya bukan lagi sosok figur yang asing dalam dunia pemerintahan, sebelum maju sebagai walikota Lhokseumawe, Suaidi Yahya Pernah menjabat sebagai wakil walikota Lhokseumawe periode 2006-2011, kemudian menjadi walikota dari Tahun 2012 hingga saat ini, jika kita kumulasikan berarti Suadi Yahya sudah hampir 15 Tahun menahkodai kota Lhokseumawe

Untuk menjawab pertanyaan sejauh mana progres perkembangan kota Lhokseumawe baik dari segi infrastruktur, ekonomi,dan SDM dan sebagainya, maka kita harus melihat nya secara komprehensif hingga menyentuh Grassroots

Dengan APBK yang hampir 1 Triliun data Tahun 2018 menyebutkan Lhokseumawe masih menjadi Daerah termiskin se Aceh dengan jumlah pengganguran nomor dua terbanyak sehAceh setelah kabupaten Aceh Utara (sumber: Serambi.com)

Permasalahan di Kota Lhokseumawe sangat lah kompleks, bahkan pada Tahun 2019 ketika kami mahasiswa turun ke masyarakat ingin mensurvei langsung penilaian masyarakat terhadap Suaidi Yahya masyarakat Sampai mengatakan Lhokseumawe kota “Tanpa pemimpin”.

Jika kita ingin berjalan-jalan sore di kota Lhokseumawe kita akan melihat betapa banyaknya Gedung dan bangunan mangkrak yang bersumber dari APBN, APBA dan APBK

Gedung mangkrak nya pun beraneka ragam, dari terminal bus, pasar buah,pasar ikan, lapangan upacara, pabrik garam, dan juga sampai ke museum sebagai Destinasi sejarah yang ada di kota Lhokseumawe masih mangkrak

Belum lagi sangat banyak jalan berlubang dan rusak yang tidak di tangani secara sigap, bahkan pernah jalan berlubang tersebut diperbaiki oleh teman-teman jurnalis Pasee (kalau saya jadi Suaidi Yahya sudah gatau mau bawa muka kemana)

Dari aspek PAD kita lihat tempat-tempat wisata baik itu Goa Jepang, laut Ujong Blang, laut Rancong yang tidak dikelola dengan baik, padahal jika itu di kelola dengan baik maka bisa menjadi salah satu sektor penyumbang PAD terbesar untuk kota Lhokseumawe, Suaidi Yahya harus berilmu kepada Toke suum walikota Langsa dalam mengelola destinasi wisata, kita lihat saat ini bagaimana kota langsa dikenal sebagai kota wisata

Bahkan waduk Kota Lhokseumawe bisa dijadikan objek wisata yang sangat menarik apabila Suaidi Yahya mau membangun konsep demikian, waduk bukan hanya menjadi tempat penampungan air, bahkan dengan adanya waduk, kota Lhokseumawe juga masih sering digenangi banjir meskipun dengan curah hujan rendah, saat ini pun waduk kota Lhokseumawe sudah di segel Dengan alasan Corona, namun waduk pribadi Suaidi Yahya di jeulikat tidak di segel yaa ?

Masuk ke dalam tataran Birokrasi dengan PNS/ASN yang sering berada di kede kopi di saat jam kerja, pelayanan publik yang tidak ramah kepada masyarakat, sampai ke permasalahan korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum birokrasi terdidik ( ingat kasus korupsi sapi kota Lhokseumawe belum semua terbongkar,saya dengar ada ikan kakap sih )

Tata kelola kota yang sangat semrawut, Debu yang sangat banyak,parkir liar bertebaran dimana-mana, banyak bangunan di bangun dekat dengan Sungai yang tentunya melanggar Hukum lingkungan dan RT/RW yang baik dan benar

Bahkan Suaidi Yahya lebih senang untuk menjalankan program kerja yang tidak berdampak langsung terhadap kesejahteraan, dan kemakmuran masyarakat.

Seperti memberikan mobil dinas kepada pimpinan pesantren, atau memberangkatkan umrah pimpinan pesantren, perlu di garis bawahi ini bukan nya tidak boleh, ini suatu perbuatan yang sangat mulia, namun harus balance antara program kerja yang bersifat semiotika dengan program kerja Yang berdampak langsung kepada kesejahteraan masyarakat, jangan sampai masyarakat menilai kebaikan Suaidi Yahya kepada pimpinan pesantren hanya untuk menutupi kebobrokan nya dalam menahkodai kota Lhokseumawe dengan simbol-simbol Agama

Seharusnya hampir 15 Tahun Suaidi Yahya memimpin kota Lhokseumawe sudah sangat banyak perubahan Yang bisa dilakukan olehnya, tidak menjadikan kota Lhokseumawe stagnan seperti saat ini

Pernah kah Suaidi Yahya berpikiran visioner untuk kota Lhokseumawe dan mencari solusi terhadap berbagai permasalahan di kota Lhokseumawe ?
Atau beliau lebih nyaman untuk duduk di kede kopi sampai pagi hari,daripada pusing-pusing memikirkan kesejahteraan masyarakat nya ? ( Mari minum sanger )

“Tidak ada Negara miskin, yang ada hanyalah Negara salah kelola” (Peter F. Drucker)

Oleh : Muhammad Fadli
Mahasiswa Proletar Hukum Tatanegara Unimal

Isi tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Komentar