WAJAH 13 Tahun: Strategi Bunda PAUD Lhokseumawe Ciptakan Anak Hebat Era Digital

LHOKSEUMAWE, NANGGROE.MEDIA | Upaya mewujudkan generasi emas Lhokseumawe terus diperkuat dengan berbagai program inovatif di bidang pendidikan. Bunda PAUD Kota Lhokseumawe, Ny. Yulinda Sayuti, hadir sekaligus membuka rangkaian kegiatan WAJAH (Wajib Belajar 13 Tahun Anak Hebat) melalui Gerakan 1000 Cerita untuk WAJAH dan WAJAH Digital Corner yang berlangsung di Mesjid Agung Islamic Center Lhokseumawe, Kamis (18/9).

Program ini dirancang sebagai strategi memperkuat implementasi wajib belajar sejak usia dini, terutama pada satu tahun pra-sekolah, dengan memadukan pendekatan literasi berbasis cerita dan pemanfaatan teknologi digital. Melalui metode ini, anak-anak diajak untuk mencintai membaca sekaligus terbiasa menggunakan teknologi secara positif.

Literasi dan Digitalisasi dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam kegiatan tersebut, Bunda PAUD Yulinda Sayuti berinteraksi langsung dengan anak-anak melalui dongeng dan cerita yang sarat pesan Islami. Anak-anak terlihat antusias ketika dibacakan kisah penuh hikmah yang mengajarkan nilai kejujuran, disiplin, dan kasih sayang. Tidak hanya itu, media digital seperti tablet dan komputer juga digunakan untuk menghadirkan pengalaman belajar interaktif.

Pendekatan ini diharapkan dapat mendekatkan anak-anak pada dunia literasi ganda: literasi membaca buku cetak sekaligus literasi digital. Hal ini sejalan dengan tantangan pendidikan di era modern, di mana anak-anak perlu dibekali kemampuan dasar membaca, menulis, sekaligus memahami teknologi sejak dini.

“Membaca adalah jendela ilmu. Melalui Gerakan WAJAH dan Digital Corner, kita ingin anak-anak Lhokseumawe tumbuh menjadi generasi cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi era digital,” ujar Bunda PAUD Ny. Yulinda Sayuti.

Penguatan Kolaborasi Lewat MoU

Sebagai bentuk tindak lanjut dari gerakan literasi ini, turut dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Pokja Bunda PAUD Kota Lhokseumawe dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Lhokseumawe. Kerja sama ini berfokus pada penguatan Gerakan Gemar Membaca untuk anak-anak maupun masyarakat secara luas.

Dengan MoU tersebut, diharapkan layanan perpustakaan tidak hanya berhenti pada fungsi penyedia buku, tetapi juga menjadi pusat kegiatan literasi yang menyenangkan dan berbasis teknologi. Perpustakaan akan didorong sebagai ruang belajar inovatif dengan akses digital sehingga mampu menjangkau anak-anak hingga tingkat gampong.

Pentingnya Peran Orang Tua

Dalam sambutannya, Yulinda Sayuti juga menekankan pentingnya peran keluarga, khususnya orang tua, dalam mendukung keberhasilan gerakan literasi.

“Kebiasaan membaca harus dimulai dari rumah. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan teladan, membacakan cerita, dan mengarahkan anak-anak agar terbiasa mencintai ilmu. Dengan dukungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, target wajib belajar 13 tahun bisa kita wujudkan bersama,” tegasnya.

Bunda PAUD Lhokseumawe juga menambahkan bahwa keberhasilan wajib belajar 13 tahun tidak hanya bergantung pada infrastruktur pendidikan formal, tetapi juga budaya literasi yang terbangun di rumah dan lingkungan sekitar.

Dukungan dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Lhokseumawe, Dr. H. Misran Fuadi, S.Ag, MAP, menyambut positif sinergi ini.

“Kolaborasi dengan Bunda PAUD menjadi momentum penting untuk memperluas gerakan literasi di Kota Lhokseumawe. Perpustakaan tidak hanya menjadi tempat membaca, tetapi juga ruang belajar inovatif dengan sentuhan digital. Kami berkomitmen menghadirkan program yang menjangkau anak-anak hingga ke gampong agar budaya membaca benar-benar mengakar di masyarakat,” ungkapnya.

Ia menambahkan, dukungan multipihak baik dari pemerintah, perguruan tinggi, organisasi masyarakat, maupun keluarga akan mempercepat terwujudnya visi wajib belajar 13 tahun di Kota Lhokseumawe.

“Kami optimis, dengan langkah bersama ini, anak-anak kita akan tumbuh dengan kemampuan literasi yang kuat dan siap menjadi generasi emas di masa depan,” tutupnya.

Menatap Masa Depan Pendidikan Lhokseumawe

Gerakan WAJAH 13 Tahun Anak Hebat yang dipadukan dengan program 1000 Cerita dan Digital Corner menjadi salah satu inovasi pendidikan di Kota Lhokseumawe. Dengan memanfaatkan literasi berbasis cerita dan teknologi digital, anak-anak tidak hanya diperkenalkan pada dunia membaca, tetapi juga diarahkan untuk bijak menggunakan perangkat digital sejak dini.

Momentum ini menegaskan komitmen pemerintah kota bersama Bunda PAUD untuk mencetak generasi penerus yang unggul, berkarakter, dan mampu bersaing di tingkat nasional maupun global. Dengan kolaborasi lintas sektor, target wajib belajar 13 tahun di Lhokseumawe bukan sekadar wacana, tetapi sebuah gerakan nyata demi masa depan generasi emas Indonesia.

Komentar