Seperti Tsunami, Longsor di Tambang Giok Myanmar Tewaskan 162 Orang

Nanggroe.net, Jakarta,- Longsor yang terjadi dilokasi penambangan batu giok di wilayah utara Myanmar, Hpakant, yang terletak di negara bagian Kachin, Kamis (2/7) telah menewaskan 162 orang.

Upaya evaluasi dan penyelamatanpun terus dilakukan sepanjang hari terhadap orang-orang yang masih dinyatakan hilang dilokasi kejadian.

Gelombang lumpur dan batu yang dipicu hujan deras diarea itu mengundang longsor hingga mengubur para pencari batu, kata salah seorang petugas pemadam kebakaran.

Dilansir dari Departemen pemadam kebakaran Myanmar di Facebook, pada Jumat (3/7) sore, dalam unggahannya, mengatakan: “Para penambang batu giok dihantam gelombang lumpur, yang longsor setelah hujan deras”. tulisnya.

Baca Juga : Heboh! Video Adegan Seks di Mobil Staf PBB Beredar, Begini Laporan Kasusnya

Myanmar adalah salah satu negara sumber pendapatan batu giok terbesar di dunia, namun akan tetapi dalam perjalanan itu sering terjadi kecelakaan diberbagai lokasi pertambangan, dan korban terbanyak adalah orang-orang pengumpul batu.

Dilansir dari BBC, pada Jumat (3/7) sore, Manteri Urusan Sosial negara bagian Kachin, Dashi La Seng, menyampaikan, “tiba-tiba gelombang lumpur raksasa bercampur air hujan dan mengalir deras dalam lubang, dan itu seperti tsunami”, ujarnya.

Hujan deras berlanjut sepanjang haru selama proses penyelamatan. Sekitar pukul 19:15 waktu setempat, “ada 162 jenazah telah ditemukan dan 54 orang lainnya terluka dan diselamatkan ke rumah sakit”, ungkap Dasi.

Tidak diinformasikan berapa jumlah orang yang masih hilang.

Salah seorang penambang selamat yang berusia 38 tahun, Maung Khaing, mangatakan kepada kantor berita Reuters bahwa dia melihat gundukan tanah bekas penambangan yang menjulang nyaris runtuh dan orang-orang disana berteriak sambil lari.

“Dalam semenit, semua orang yang berada di bawah bukit itu menghilang begitu saja, hati saya terasa kosong. Ada orang-orang yang terjebak minta tolong, tetapi tidak ada yang bisa membantu mereka”, ujar maung.

bekas galian itu menciptakan lereng besar yang berbahaya dikawasan yang mengalami pengundulan hutan di area tersebut. Setahun silam, 100 orang lebih meninggal dilokasi penambangan yang sama.

“Tradisi mencari batu giok adalah satu-satunya pekerjaan bagi warga daerah ini, mereka tidak punya pilihan”, kata Shwe Thein, salah seorang penduduk setempat.

“Walaupun longsor terus terjadi, banyak organisasi termasuk kelompok bersenjata yang terlibat dalam penambangan batu giok, mengatakan situasi disini baik. Jadi sulit bagi dunia luar mengatahui situasi nyata disin”, ungkapnya lagi.

Sementara itu, para pengkritik pemerintah rezim Myanmar mengatakan bahwa terlalu sedikit pejabat terkait dengan otoritasnya untuk dapat mengehentikan praktik ilegal.

Dia juga menyampaikan, para pegiat telah menuduh militer, pengedar narkoba, kelompok pemberontak, dan juga kepentingan bisnis China telah mengendalikan semua perdagangan batu giok.

Komentar