Gudang BPBD Lhokseumawe Jadi Sarang Debu, Wali Kota Murka: Ini Kelalaian Nyata!

LHOKSEUMAWE, NANGGROE.MEDIA | Debu menebal di lantai, sarang laba-laba menjuntai di sudut ruangan, dan aroma lembap menyergap begitu pintu gudang logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Lhokseumawe dibuka.

Bangunan di Jalan Elak, Lorong Tgk. Ie Bungong, Gampong Alue Awe, Kecamatan Muara Dua itu tampak sunyi, seolah sudah lama tak tersentuh tangan manusia.

Berdasarkan pantauan Nanggroe.media pada Rabu (15/10/2025), di beberapa sisi ruangan, tumpukan perlengkapan logistik mulai dari tenda darurat, jeriken, hingga alat evakuasi terlihat berserakan tanpa penataan. Sebagian sudah berdebu, sebagian lain tampak rusak termakan waktu.

Baca Juga : Gagas Penetapan Hari Jadi Kota Lhokseumawe, Wali Kota Sayuti Abubakar Ajak Semua Pihak Bahas Dasar Sejarah

Tak tampak aktivitas petugas yang melakukan pengecekan rutin. Seolah gudang ini telah kehilangan fungsi utamanya, kesan kumuh tampak dari bagian luar maupun dalam gudang. Debu menumpuk di lantai, serta terlihat beberapa peralatan logistik dibiarkan begitu saja tanpa penataan yang baik.

Kondisi ini menimbulkan pertanyaan publik tentang bagaimana pengelolaan aset dan kesiapsiagaan BPBD dalam menghadapi potensi bencana di wilayah Kota Lhokseumawe.

Temuan di lapangan mengindikasikan lemahnya manajemen aset kebencanaan di daerah. Padahal, BPBD memiliki peran vital dalam memastikan setiap peralatan bantuan siap digunakan sewaktu-waktu saat terjadi bencana.

Kondisi gudang BPBD yang kotor dan tidak terurus ini seharusnya menjadi alarm bagi Pemerintah Kota Lhokseumawe.

Penanggulangan bencana tidak hanya soal reaksi cepat ketika bencana datang, tetapi juga kesiapan sistem dan fasilitas jauh hari sebelumnya.

Menanggapi kondisi itu, Wali Kota Lhokseumawe Dr. Sayuti Abubakar, SH., MH menyampaikan pernyataan tegas. Ia mengaku geram melihat fasilitas vital seperti gudang logistik BPBD Kota Lhokseumawe dibiarkan tidak terurus.

“Saya tidak bisa mentolerir kelalaian seperti ini. BPBD harus segera melakukan pembenahan total. Logistik kebencanaan adalah urusan nyawa manusia, bukan sekadar tumpukan barang. Jika ditemukan unsur lalai, saya akan minta pertanggungjawaban pejabat terkait,” tegas Sayuti Abubakar

Sayuti juga memerintahkan evaluasi menyeluruh terhadap manajemen logistik kebencanaan di bawah BPBD Kota Lhokseumawe. “Kita harus pastikan semua peralatan siap digunakan kapan pun. Tidak boleh ada alasan ketika bencana datang,” tegasnya lagi.

Pernyataan itu menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah kota tidak ingin lagi melihat aset publik terbengkalai. Namun, publik masih menunggu bukti nyata di lapangan apakah gudang yang kini dipenuhi debu dan sarang laba-laba itu akan benar-benar dibenahi, atau kembali tenggelam dalam kesunyian yang sama.

Yang jelas, di tengah meningkatnya ancaman bencana, kesiapsiagaan bukan sekadar slogan. Ia harus nyata dimulai dari pintu gudang logistik yang selama ini tertutup rapat oleh debu dan kelalaian.

Komentar