London, NANGGROE.MEDIA – Anggota World Gayonese Community (WGC) atau Diaspora Gayo Dunia terus bertambah.
“Alhamdulillah, terus bertambah yang masuk group WA World Gayonese Community. Terakhir, dari Belgia. Ada beberapa orang Gayo di sana.” terang Yusradi Usman al-Gayoni kepada Nanggroe.media dari London, Inggris. Rabu, (26/06).
Yusradi menuturkan, sementara sudah 32 negara yang bergabung dalam World Gayonese Community. Yang bergabung bukan hanya orang Gayo saja, melainkan yang non-Gayo yang lahir di Gayo, pernah di Gayo, dan bersuamikan atau beristrikan orang Gayo.
Ia melanjutkan, Diaspora Indonesia-Inggris asal Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh yang saat ini bersama keluarga berdomisili di London dalam rangka studi itu, tiga puluh negara anggota World Gayonese Community (WGC) tersebut, mulai dari Inggris, Arab Saudi, Turki, Mesir, Qatar, Yaman, Prancis, Denmark, Yordania, Korea Selatan, Jerman, Rusia, Malaysia, Hongaria, Amerika Serikat, Kuwait, Belanda, Australia, Tiongkok, Sudan, Canada, Uni Emirat Arab, Jepang, Selandia Baru, Slovenia, Tunisia, Thailand, Maroko, India, Belgia, Brunai Darussalam dan Taiwan.
“InsyaAllah terus bertambah, seiring dengan tersebarnya informasi tentang World Gayonese Community kepada orang Gayo, baik di tanah air maupun di luar negeri, sehingga bisa saling memberikan informasi. Akibatnya, yang belum terdata, bisa terdata dan bisa masuk ke World Gayonese Community,” sebutnya.
World Gayonese Community (WGC), jelas anggota Tim Percepatan Pembangunan dan Kemasyarakatan Bener Meriah (2019) tersebut, diinisiasi pada tanggal 20 Maret 2024.
“Pas sudah di London, ada orang Gayo di Indonesia, yang bertanya, apakah ada orang Gayo di Inggris, bagaimana sekolah dan kuliah di UK, informasi beasiswa, short course, magang, kerja, peluang pemasaran produk-produk dan pengenalan seni budaya Gayo di Inggris,” Imbuhnya.
Ditambahkannya lagi, di negara Eropa lainnya ada juga yang memberikan informasi, bahwa ada keluarganya di Inggris. Sebelum ke Inggris, saya tahunya ada beberapa orang Gayo saja di Inggris. Setelah di Inggris, sampai hari ini, alhamdulillah ternyata, ada 19 orang Gayo di Inggris, yang sudah tamat dan kembali ke Indonesia 3 orang, dan yang mau ke Inggris tahun ini, dua orang. Kemungkinan, masih ada yang belum terdata,” ujarnya.
Ketua Pusat Kajian Kebudayaan Gayo itu, World Gayonese Community dibentuk, agar saling mengenal, memudahkan komunikasi, menguatkan silaturahmi, berbagi informasi, dan diharapkan bisa saling bantu, baik orang Gayo yang dari Indonesia ke luar negeri, maupun sesama diaspora Gayo yang ada di luar negeri.
Minimal Diaspora Gayo yang di luar negeri, bisa membantu informasi untuk orang Gayo di berbagai daerah di Indonesia dan di tanoh tembuni, seperti halnya informasi beasiswa, short course, magang, pertukaran, pengembangan, sehingga banyak yang terbantu dan makin banyak orang Gayo yang ke luar negeri.
Kemudian, Founder dan Pengelola Perpustakaan Gayo tersebut, tiga bulan World Gayonese Community terbentuk, sudah menggelar dua kali kegiatan, yaitu temu ramah antar Diaspora Gayo di luar negeri dan sosialisasi S-1 biaya mandiri ke Turki.
“Dalam waktu dekat, akan diadakan kegiatan ketiga, sosialisasi S-1 ke Mesir, melalui beasiswa dan biaya mandiri. Mudah-mudahan bisa membantu orang Gayo di tanah air dan bisa jadi alternatif untuk melanjutkan S-1 di mana biayanya lebih terjangkau, dengan kualitas yang tidak kalah juga tentunya,” tutup Direktur Mahara Publishing itu.
Komentar