Meja Marmer Putih Es Giok Berusia 200 Tahun: Punya Nilai Sejarah Tinggi Hingga di Buru Kolektor

Gambar: Meja marmer putih es giok peninggalan masa    VOC, Belanda berusia 200 tahun warisan leluhur           Minang. (foto: Nanggroe.media).

NANGGROE.MEDIA | Sebuah benda pusaka hiasan unik yang memiliki sejarah panjang di tanah Minang dan memiliki nilai jual tinggi. Benda pusaka atau hiasan berupa meja ”Marmer putih es giok” merupakan peninggalan masa VOC, Belanda. Benda antik ini bukan hanya sekedar perabot rumah tangga akan tetapi saksi sejarah sekaligus warisan leluhur yang bertahan hampir dua abad lamanya.

  Sejarah produk pembuatan

Menurut sumber terpercaya, meja marmer putih es giok ini merupakan produk bangsa negara Italia 01 pada masa VOC, Belanda diperkirakan sudah bertahan selama dua abad. Usianya diperkirakan mencapai lebih dari 200 tahun, sejak tahun 1821, ketika masa itu Jakarta masih bernama Batavia. Kala itu, Belanda mendatangkan berbagai material mewah dari Eropa termasuk marmer es giok putih yang kemudian diolah menjadi perabot bergaya klasik nan berkelas tinggi.

  Warisan Indatu (leluhur)

Meja marmer putih es giok ini merupakan peninggalan Indatu (leluhur) keluarga yang diwariskan secara turun temurun hingga kini benda pusaka ini berada di tangan generasi kelima yang berada di Tanoh Gayo, Kabupaten Bener Meriah, Aceh.

  Jenis dan ukuran

Meja unik nan-indah ini terbuat dari sebuah batu marmer putih berkualitas tinggi. Meja tersebut masih dalam keadaan utuh dengan kilauan pernik-pernik alami menawan. Dari segi ukuran lebar 59 cm, panjang 79 cm dan berbentuk lonjong membulat dengan ketebalan mencapai 2 cm serta berat bobot hingga 21 kilogram. Bentuknya yang sederhana, namun elegan meja ini menambah kesan klasik sekaligus memperlihatkan kualitas pengerjaan khas bangsa Italia.

  Nilai history

Bagi keluarga pewaris, meja giok ini menyimpan banyak sejarah istimewa. Pada era 1990-an, salah seorang kolektor keturunan Tionghoa berasal dari Medan, Sumatera Utara pernah menawarkan meja ini dengan harga tinggi, namun keluarga menolak dengan tegas. ”Bagi kami, meja ini bukan barang dagangan. Benda ini merupakan pusaka Indatu (leluhur) yang tidak bisa dinilai dengan uang,” terang dari salah seorang keluarga pewaris meja marmer putih es giok, H. Ibrahim kepada Nanggroe.media. Jumat, 26 September 2025.

Di ceritakan dari seorang pewaris, pernah terjadi peristiwa lain yang menambah keistimewaan benda ini, kala itu rumah pemilik benda meja ini dilanda kebakaran hebat, api melalap hampir seluruh bangunan rumah, namun meja giok tersebut tetap berdiri kokoh tanpa sedikit pun tersentuh jilatan api. Peristiwa itu membuat masyarakat sekitar kian yakin akan keunikan sekaligus keistimewaan meja itu.

  Simbol identitas dan kebanggaan

Menurut H. Ibrahim, salah satu dari keturunan kelima pewaris meja pusaka, pusaka tersebut bukan hanya bernilai sejarah, tetapi juga sebagai simbol kebanggaan keluarga. “Meja ini sudah melewati banyak masa, dari zaman Indatu hingga sekarang. Pernah ditawar mahal, pernah pula selamat dari kebakaran. Tapi kami tetap menjaganya, karena ini bagian dari marwah keluarga dan warisan leluhur,” ungkapnya.

  Menjaga pusaka dan merawat history

Hingga kini, meja giok marmer putih itu masih tetap kokoh dan indah di kediaman keluarga pewaris di Tanoh Gayo. Lebih dari sekedar benda antik, benda berupa meja itu adalah cermin sejarah yang diwariskan lintas generasi. Suatu kisah keajaiban dan keteguhan dalam merawatnya menjadikan meja ini bukan hanya sekedar pusaka keluarga, akan tetapi bagian dari kekayaan budaya yang patut dihargai.

Benda pusaka bukan hanya sekedar pajangan semata, akan tetapi sebagai warisan leluhur budaya bangsa yang harus di jaga hingga ke anak cucu seterusnya.

Komentar

News Feed