Langkahan dalam Luka: Kepedulian Apotek ZID dan Nanggroe Media Menembus Kesedihan Warga

ACEH UTARA, NANGGROE.MEDIA | Deretan rumah yang rata dengan tanah, tumpukan kayu dan lumpur yang menutupi jalan, serta wajah-wajah warga yang masih terlihat syok menjadi pemandangan pilu saat tim Apotek ZID dan Nanggroe Media tiba di Langkahan.

Banjir besar yang menerjang kecamatan tersebut telah menghancurkan sedikitnya 359 rumah, menyisakan luka mendalam bagi ratusan keluarga yang kini kehilangan tempat tinggal, harta benda, bahkan sebagian kehilangan harapan.

Dalam suasana yang masih dipenuhi tangis dan kecemasan, Apotek ZID bersama Nanggroe Media menyalurkan bantuan untuk empat desa yang terdampak yaitu Desa Tanjong Selamat, Desa Gedumbak, Desa Meunasah Blang, dan Desa Krueng Lingka.

Desa-desa ini kini tampak seperti bayangan dari kehidupan sebelumnya bekas-bekas rumah yang roboh, perabotan warga yang hanyut, dan bau lumpur yang masih menyengat di setiap sudut pemukiman.

Setibanya di lokasi, tim langsung bergerak menyusuri titik-titik pengungsian dan area rumah yang hancur. Di banyak tempat, warga tampak duduk berkerumun di bawah terpal seadanya. Beberapa ibu masih tampak memeluk anak-anak mereka erat, seolah takut kehilangan lagi.

Anak-anak, yang biasanya berlarian riang, kini hanya duduk diam memandangi sisa-sisa rumah mereka yang luluh lantak. Di tengah suasana sendu itu, bantuan yang datang memberi sedikit napas lega.

Apotek ZID dan Nanggroe Media menyalurkan bantuan berupa kebutuhan pokok seperti beras, air mineral, susu, mie instan, selimut, mukenah, jilbab, masker dan bahan konsumsi lainnya. Tidak hanya itu, perhatian khusus juga diberikan kepada anak-anak dengan membagikan makanan ringan, roti, susu kotak, serta camilan yang diharapkan dapat sedikit menghapus trauma yang mereka alami.

Pemandangan haru terjadi ketika paket makanan ringan dibagikan. Anak-anak yang awalnya hanya diam, perlahan tersenyum ketika menerima camilan itu. Beberapa dari mereka bahkan langsung memeluk bungkus makanan itu seolah itu adalah benda paling berharga yang mereka punya hari itu.

Rifky Baihaqi Pimpinan Umum Nanggroe Media pun berusaha menenangkan mereka, berbicara dengan lembut, dan memberikan pelukan kecil untuk menumbuhkan kembali rasa aman.

Di Desa Meunasah Blang, seorang ibu bercerita dengan suara bergetar bahwa rumahnya hancur total tersapu derasnya banjir. “Kami tidak menyelamatkan apa-apa, hanya pakaian di badan. Anak-anak masih ketakutan setiap kali mendengar suara air,” ujarnya sambil menahan tangis.

Cerita serupa juga banyak terdengar di desa lain semua menggambarkan besarnya dampak bencana yang datang tiba-tiba itu.

Tim Apotek ZID dan Nanggroe Media juga melihat bagaimana warga disana saling bantu membantu membersihkan rumah yang masih mungkin diselamatkan. Dengan alat seadanya, mereka puing-puing dan membersihkan lantai yang tertutup lumpur tebal. Di tengah kerja itu, terdengar sesekali warga saling menyemangati, meski wajah mereka masih penuh kesedihan.

Bantuan yang disalurkan ini bukan hanya tentang kebutuhan fisik semata, tetapi juga bentuk kehadiran moral bagi warga yang tengah berada dalam situasi paling sulit dalam hidup mereka. Bagi sebagian besar keluarga, melihat ada pihak yang peduli dan hadir langsung di tengah kesulitan memberi mereka secercah harapan bahwa mereka tidak menghadapi bencana ini sendirian.

Apotek ZID dan Nanggroe Media berharap langkah kecil ini dapat meringankan beban para korban, sekaligus mengajak lebih banyak pihak untuk ikut serta membantu. Banjir di Langkahan telah merobohkan banyak hal, tetapi tidak boleh mematahkan semangat warga untuk bangkit. Dengan kolaborasi, kepedulian, dan empati, proses pemulihan dapat berjalan lebih cepat dan lebih manusiawi.

Di akhir kegiatan, tim menyampaikan bahwa mereka akan terus memantau kondisi warga dan siap memberikan dukungan lanjutan jika dibutuhkan. “Kita mungkin tidak bisa menghapus semua luka ini, tetapi kita bisa berjalan bersama mereka melewati masa-masa sulit ini,” ungkap Rifki

Bagi warga Langkahan, bantuan ini bukan sekadar paket berisi barang, melainkan tanda bahwa harapan masih ada bahwa di balik setiap bencana, selalu ada tangan-tangan yang terulur untuk membantu.

Komentar